Soal Basa Jawa Kelas 8 Semester 2

Soal Basa Jawa Kelas 8 Semester 2

Artikel ini akan menyajikan berbagai contoh soal Bahasa Jawa untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas 8 semester 2. Pembahasan ini dirancang agar siswa dapat memahami materi yang akan diujikan, serta memberikan gambaran konkret mengenai bentuk-bentuk pertanyaan yang mungkin muncul. Dengan latihan soal yang bervariasi, diharapkan siswa dapat meningkatkan pemahaman dan kepercayaan diri dalam menghadapi ujian.

Pendahuluan

Bahasa Jawa merupakan salah satu mata pelajaran muatan lokal yang diajarkan di banyak daerah di Indonesia, khususnya di Jawa. Mempelajari Bahasa Jawa tidak hanya sebatas menghafal kosakata dan tata bahasa, tetapi juga memahami nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang terkandung di dalamnya. Kelas 8 semester 2 biasanya mencakup materi-materi penting yang menjadi fondasi untuk pembelajaran di jenjang selanjutnya.

Fokus utama dalam semester 2 kelas 8 seringkali meliputi pemahaman dan penggunaan ragam bahasa Jawa, baik ngoko, krama madya, maupun krama inggil. Selain itu, materi sastra Jawa seperti geguritan, tembang macapat, atau cerita rakyat (dongeng) juga menjadi bagian penting. Soal-soal yang disajikan akan mencakup aspek membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara dalam Bahasa Jawa.

Soal Basa Jawa Kelas 8 Semester 2

Bagian 1: Soal Pilihan Ganda (PG)

Bagian ini akan menyajikan beberapa contoh soal pilihan ganda yang mencakup berbagai topik dalam Bahasa Jawa kelas 8 semester 2.

  1. Ragam Bahasa (Unggah-ungguh Basa)

    Soal-soal dalam kategori ini menguji kemampuan siswa dalam menggunakan tingkatan bahasa Jawa yang sesuai dengan lawan bicara dan situasinya.

    Contoh Soal 1:
    Bapak guru lagi nerangake babagan "pranataning basa" marang siswane. Menawa kowe arep takon marang Bapak Guru, unggah-ungguh basa kang trep kanggo takon yaiku…
    a. Apa kuwi pranataning basa, Pak?
    b. Menapa ingkang dipunwastani pranataning basa, Pak?
    c. Pranataning basa kuwi apa ta, Pak?
    d. Pak, ngertos pranataning basa niku napa?

    Pembahasan: Soal ini menguji pemahaman siswa tentang penggunaan krama inggil saat berbicara dengan guru. Pilihan (b) menggunakan kata "menapa" dan "dipunwastani" yang merupakan bentuk krama inggil, sehingga paling sesuai. Pilihan (a) dan (c) menggunakan ngoko, sedangkan (d) mencampur ngoko dan sedikit krama.

    Contoh Soal 2:
    Bocah-bocah lagi dolanan ing plataran omah. Yen ngomong karo kancane sing saumuran, umume nggunakake basa…
    a. Krama Alus
    b. Krama Madya
    c. Ngoko Alus
    d. Ngoko Lugu

    Pembahasan: Dalam percakapan antar teman sebaya, bahasa yang umum digunakan adalah ngoko lugu. Pilihan (d) adalah jawaban yang paling tepat.

    Contoh Soal 3:
    Ibu dhahar sekul kaliyan lauk pindhang. Yen kalimat kasebut diowahi nganggo unggah-ungguh basa krama madya, bakal dadi…
    a. Ibu nedha sekul kaliyan lauk pindhang.
    b. Ibu dhahar sekul kaliyan lauk pindhang.
    c. Ibu nedha sekul kaliyan lauk pindhang.
    d. Ibu dhahar nasi kaliyan lauk pindhang.

    Pembahasan: Dalam krama madya, kata "dhahar" tetap sama, namun kata "sekul" bisa diganti "nasi" atau tetap "sekul" tergantung konteks. Kata "nedha" lebih ke arah krama alus. Pilihan (c) menggunakan "nedha" yang lebih tepat untuk krama alus. Jika kita mencari krama madya yang paling mendekati, pilihan (a) atau (b) bisa dipertimbangkan, namun seringkali dalam krama madya "nedha" juga digunakan. Jika kita melihat pilihan yang ada, kita perlu berhati-hati. Jika pertanyaan spesifik meminta krama madya, dan kata "nedha" sudah dianggap krama alus, maka kita perlu mencari variasi lain. Namun, mari kita asumsikan pilihan (c) adalah yang paling mendekati ke arah formalitas yang lebih tinggi daripada ngoko.

    Koreksi Pembahasan Soal 3: Dalam krama madya, "nedha" digunakan untuk makan, dan "sekul" atau "nasi" sama-sama bisa digunakan. "Dhahar" adalah ngoko. Jadi, pilihan yang paling tepat untuk krama madya adalah yang menggunakan "nedha". Jika kita melihat opsi, (c) adalah yang menggunakan "nedha".

    Contoh Soal 4:
    "Kowe mau esuk wis sarapan durung?" Yen kalimat iki diucapakake marang wong tuwa, unggah-ungguh basa kang trep yaiku…
    a. Panjenengan mau esuk sampun sarapan durung?
    b. Panjenengan kala wau sampun sarapan dereng?
    c. Panjenengan mau sampun sarapan dereng?
    d. Sampeyan kala wau esuk sampun sarapan dereng?

    Pembahasan: Untuk berbicara dengan orang tua, kita menggunakan krama inggil atau krama alus. Pilihan (b) menggunakan "kala wau" (kemarin pagi) yang lebih tepat daripada "mau esuk" atau "mau". "Sampun" dan "dereng" adalah bentuk krama. "Panjenengan" adalah sapaan hormat. Jadi, (b) adalah jawaban yang paling sesuai.

  2. Sastra Jawa (Geguritan)

    Materi geguritan (puisi berbahasa Jawa) seringkali diujikan dalam bentuk pemahaman makna, amanat, atau unsur-unsur intrinsiknya.

    Contoh Soal 5:
    Wacanen geguritan ing ngisor iki:

    Angin wengi nggowo ganda melathi
    Ngrasuk ing kalbu, nambahi tresnani
    Rembulan sumunar, sangsaya wening
    Ngawe-a pangarep, tumraping urip

    Pesan utama utawa amanat saka geguritan kasebut yaiku…
    a. Tresna marang alam ing wayah wengi.
    b. Ngarepake masa depan sing luwih apik lan padhang.
    c. Kaendahan alam bisa nentremake ati lan nambah semangat urip.
    d. Ganda melathi ing wayah wengi iku nyenengake.

    Pembahasan: Bait kedua dan ketiga geguritan tersebut menggambarkan suasana yang menenangkan dan memberikan harapan. Kata "Ngawe-a pangarep, tumraping urip" secara eksplisit menunjukkan amanat untuk memiliki harapan. Pilihan (c) adalah yang paling mencakup makna tersebut.

    Contoh Soal 6:
    Gaya bahasa utawa majas kang digunakake ing geguritan "Angin wengi nggowo ganda melathi" yaiku…
    a. Personifikasi
    b. Metafora
    c. Simile
    d. Hiperbola

    Pembahasan: Dalam bait pertama, angin digambarkan membawa wangi melati dan merasuk ke dalam hati. Ini adalah contoh personifikasi, di mana benda mati (angin) diberi sifat seperti manusia (membawa dan merasuk).

  3. Cerita Rakyat (Dongeng/Legenda)

    Memahami isi cerita, tokoh, latar, dan pesan moral dari cerita rakyat Jawa.

    Contoh Soal 7:
    Ing sawijining desa ana prawan ayu rupane, asmane Dewi Sri. Dhayohake wong akeh marang para punggawane. Kabeh punggawa padha kesengsem lan padha kesengsem. Crita kasebut kalebu jinis crita…
    a. Fabel
    b. Legenda
    c. Mite
    d. Sage

    Pembahasan: Cerita tentang Dewi Sri yang merupakan tokoh mitologis dan sering dikaitkan dengan kesuburan tanah dan padi, umumnya dikategorikan sebagai mite atau legenda. Namun, jika ceritanya lebih fokus pada asal-usul suatu tempat atau tokoh yang dianggap benar-benar ada di masa lalu, maka lebih mengarah ke legenda. Dengan adanya tokoh "Dewi Sri" yang identik dengan mitologi, pilihan (c) mite adalah yang paling tepat, namun legenda juga bisa diterima tergantung fokus cerita. Mari kita asumsikan konteksnya lebih ke arah asal-usul atau tokoh yang dihormati secara turun-temurun. Jika demikian, legenda lebih cocok. Jika fokus pada asal-usul dewa atau kejadian supernatural, mite. Dalam kasus ini, "Dewi Sri" sangat identik dengan mitologi pertanian, sehingga mite lebih kuat.

    Koreksi Pembahasan Soal 7: Dewi Sri adalah tokoh dalam mitologi Jawa yang erat kaitannya dengan kesuburan dan padi. Oleh karena itu, cerita tentangnya lebih tepat dikategorikan sebagai Mite.

    Contoh Soal 8:
    Saka cerita rakyat "Timun Mas", tokoh buta sing jahat lan nggoleki Timun Mas yaiku…
    a. Raden Said
    b. Joko Tingkir
    c. Buta Galak
    d. Kyai Singadana

    Pembahasan: Dalam cerita "Timun Mas", tokoh antagonis utamanya adalah raksasa jahat yang mengejar Timun Mas. Nama spesifiknya seringkali disebut "Buta Ijo" atau "Raksasa". Dari pilihan yang ada, "Buta Galak" adalah yang paling menggambarkan tokoh antagonis dalam cerita tersebut.

  4. Tata Bahasa dan Kosakata

    Meliputi pemahaman tentang struktur kalimat, kata depan, kata sambung, dan arti kata.

    Contoh Soal 9:
    "Bocah iku pinter banget, __ dheweke ora sombong."
    Tembung kang mathuk kanggo ngganepi ukara kasebut yaiku…
    a. lan
    b. nanging
    c. amarga
    d. saengga

    Pembahasan: Kalimat tersebut menunjukkan pertentangan antara kepintaran dan kesombongan. Kata sambung yang tepat untuk menunjukkan pertentangan adalah "nanging" (tetapi).

    Contoh Soal 10:
    Tegese tembung "sumringah" ing basa Indonesia yaiku…
    a. Sedih
    b. Bingung
    c. Gembira
    d. Marah

    Pembahasan: "Sumringah" memiliki arti ceria atau gembira.

READ  Menjaga Format Word Tetap Konsisten di Komputer Lain

Bagian 2: Soal Uraian Singkat

Bagian ini menguji kemampuan siswa untuk memberikan jawaban yang lebih terstruktur.

  1. Ragam Bahasa (Unggah-ungguh Basa)

    Contoh Soal 11:
    Jelentrehna bedane unggah-ungguh basa ngoko lugu, ngoko alus, lan krama alus! Coba sebutna siji conto ukara saben jinisé!

    Pembahasan:

    • Ngoko Lugu: Digunakan untuk berbicara dengan orang yang sangat akrab (teman sebaya, adik). Contoh: "Aku arep mangan."
    • Ngoko Alus: Penggabungan kata ngoko dengan kata krama inggil untuk subjek, objek, atau predikat. Digunakan untuk menghormati lawan bicara namun tetap dalam suasana akrab. Contoh: "Sampeyan arep dhahar napa?" (menggunakan "sampeyan" dan "dhahar").
    • Krama Alus: Digunakan untuk berbicara dengan orang yang sangat dihormati (orang tua, guru, atasan) atau orang yang belum dikenal akrab. Contoh: "Panjenengan kala wau sampun sarapan dereng?"
  2. Sastra Jawa (Geguritan)

    Contoh Soal 12:
    Geguritan ing ngisor iki duweni makna kang jero. Coba jlentrehna makna utawa pitutur luhur kang bisa dijupuk saka geguritan iki!

    Ing ngarsaning Gusti, manungsa mung cilik
    Kaya semut ing lemah, ora ana tegese
    Nanging kanthi sabar lan tekun nglakoni
    Urip bakal ayem tentrem, kebak berkah sejati

    Pembahasan:
    Pitutur luhur kang bisa dijupuk saka geguritan kasebut yaiku babagan kerendahan hati (tawadhu’) marang Gusti. Sanadyan manungsa rumangsa cilik lan ora ana apa-apane ing ngarsaning Gusti, kanthi sikap sabar lan tekun anggone nglakoni perintah lan njalani urip, urip bakal tansah ayem tentrem lan kebak berkah. Iki ngajak supaya ora gumedhe lan tansah ngendelake Gusti.

  3. Cerita Rakyat (Dongeng/Legenda)

    Contoh Soal 13:
    Saka crita rakyat "Asal-usule Kutha Surabaya", apa wae pitutur luhur kang bisa dijupuk? Sebutna loro wae!

    Pembahasan:
    Pitutur luhur kang bisa dijupuk saka crita "Asal-usule Kutha Surabaya" (biasane babagan perang antar bunglon lan ikan hiu, utawa tokoh Sura lan Baya) antara lain:

    • Semangat juang lan pantang menyerah dalam menghadapi musuh atau kesulitan.
    • Pentingnya persatuan dan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
    • Keberanian dalam membela kebenaran dan melindungi wilayahnya.
READ  Bank Soal UKK SD Kelas 1 Kurikulum 2013

Bagian 3: Soal Uraian Lengkap/Analisis

Bagian ini membutuhkan analisis yang lebih mendalam dan jawaban yang lebih panjang.

  1. Ragam Bahasa (Analisis Percakapan)

    Contoh Soal 14:
    Wacanen cakepan pacelathon ing ngisor iki, banjur wangsulana pitakoné!

    Adi: "Pak, kula badhe nyuwun pamit medal."
    Bapak: "Arep menyang ngendi ta, Le? Wis meh sore iki."
    Adi: "Kula badhe dhateng daleme Mas Bowo, Pak. Badhe nyiapake tugas kelompok."
    Bapak: "Oh, ya wis. Aja lali, nek wis rampung enggal mulih. Aja kesuwen."
    Adi: "Inggih, Pak. Matur nuwun."

    a. Ing pacelathon kasebut, Adi nggunakake unggah-ungguh basa apa marang Bapaké? Jelentrehna alesané!
    b. Yen Bapaké Adi nanggapi nganggo basa krama alus, kepriye anggoné ngandika? Tulisen telung ukara tanggapan saka Bapak!

    Pembahasan:
    a. Adi nggunakake unggah-ungguh basa krama madya utawa krama campuran marang Bapaké. Buktiné: "Kula badhe nyuwun pamit medal" (nggunakake "kula" lan "badhe" sing bisa kanggo krama madya utawa alus, nanging "nyuwun pamit medal" luwih cedhak krama madya tinimbang krama alus sing luwih lengkap). "Dhateng daleme Mas Bowo" (nggunakake "dhateng" lan "daleme"). Alasané amarga Adi ngurmati Bapaké, nanging ora nganti krama alus banget amarga isih ana rasa akrab kulawarga.
    b. Conto tanggapan Bapak nganggo basa krama alus:

    • "Panjenengan badhé tindhak pundi, Dhik? Sampun sonten menika."
    • "Menawi badhé wonten dalemipun Mas Bowo, mangga. Nanging sampun kesupen enggal wangsul menawi sampun rampung."
    • "Siyaga nggih, dados mboten kesupen."
  2. Sastra Jawa (Analisis Geguritan/Tembang Macapat)

    Contoh Soal 15:
    Wacanen sepenggal tembang macapat Mijil ing ngisor iki, banjur jlentrehna tegese lan pitutur luhur kang kandheg ing tembang kasebut!

    Mijil-mijil saka garbane ibu
    Miwiti urip ing donya kang akeh godha
    Ngambah dalan kang ora mesthi ros
    Mula kudu waspada lan sregep ngaji

    Pembahasan:

    • Tegesé: Tembang Mijil iki ngandhakake babagan wiwitané urip manungsa kang lair saka garbané ibuné lan miwiti ngadhepi urip ing donya kang kebak tantangan lan godha. Urip iku ora tansah gampang utawa lancar ("ora mesthi ros"), mula kudu tansah waspada lan sregep sinau (ngaji, ing kene tegesé bisa uga sinau agama utawa ilmu pengetahuan).
    • Pitutur Luhur:
      • Urip iku minangka lelampahan kang kudu dilakoni kanthi ati-ati lan waspada.
      • Pentingé ngelmu (ngaji) kanggo mbimbing lan ngarahake urip supaya ora salah dalan.
      • Dadi manungsa kudu ngerti asal-usulé lan ngadhepi urip kanthi tanggap.
READ  Contoh Soal Ujian Semester 1 Kelas 3 SD Tema 2: Menyayangi Tumbuhan dan Hewan

Penutup

Demikianlah contoh-contoh soal Bahasa Jawa kelas 8 semester 2 yang mencakup berbagai aspek materi. Latihan soal ini diharapkan dapat membantu siswa dalam mempersiapkan diri menghadapi ujian. Penting untuk diingat bahwa pemahaman materi secara mendalam jauh lebih berharga daripada sekadar menghafal contoh soal. Teruslah berlatih dan menggali pengetahuan tentang Bahasa Jawa agar semakin mahir dan mencintai budaya leluhur.